Kisah Makhluk Kontrakan: Berawal dari Asrama

Karena belum ada cerita yang ingin saya ceritakan mengenai masa kini maupun masa depan, mari menceritakan masa lalu kembali. Saya tidak tahu keadaan saya sekarang jika saat tingkat pertama perkuliahan saya tidak memilih masuk asrama . Teman-teman dekat yang kini masih sangat sering berkomunikasi hampir sebagian besar saya temui di asrama. Walaupun saya adalah penerima beasiswa, saya tidak diwajibkan untuk masuk asrama. Awal-awal saya tinggal di rumah nenek.

Saya lupa siapa yang pertama kali mengajak saya ke asrama. Saat itu sepertinya saya sedang mengeluh karena kemacetan Cicaheum yang membuat saya sering terlambat di kelas Pak Toto, haha. Kelas yang dimulai jam 7 pagi dan tidak boleh telat lebih dari 3 kali. Saya sebenenarnya selalu berangkat sebelum jam 6 pagi Namun memang sih agar aman dari macet saya tidak boleh berangkat kurang dari 5.50 apalagi di hari Senin. Lewat beberapa menit saja bisa terjebak macet dan kelas Pak Toto tersebut salah satunya ada di hari Senin. Saat mengeluh ke teman saya tersebut, teman saya mengajak saya melihat asrama. Saya yang jarang menginap selain di rumah sendiri dan rumah nenek ini sangat penasaran. Bagaimana ya hidup dengan orang lain. Sepertinya bisa belajar bersama nih kalau di asrama, pikir saya saat itu (padahal kenyataannya saat teman-teman belajar sampai pagi saya cuma kuat sampai beberapa jam saja XD). Selain itu, saya juga bisa banyak berkenalan dengan teman-teman satu asrama. Berkesan banget sih. Bisa banyak kenal dengan teman dari berbagai daerah. Mencoba makanan berbeda dari oleh-oleh yang dibawa teman asrama. Oh iya, ada ibu penjual makanan yang suka berjualan pagi-pagi. Saya jadi tidak sulit menemukan sarapan. Yang serunya lagi: ada angkot yang ngetem di depan asrama jadi kayak berangkat bareng gitu deh sama yang lain dan diantar sampai gerbang belakang kampus.

Saya akhirnya pindah ke asrama. 1 kamar diisi oleh tiga orang. Saya satu kamar dengan Mba Arum dari FTTM dan Sri dari FTSL. Keduanya berasal dari Sumatera Barat. Sering sekali saya mendengar mereka mengobrol dengan Bahasa Minang kalau sedang tidak mengobrol dengan saya. Saya yang hanya campuran ini hanya mengerti sedikit-sedikit. Kata-kata yang paling sering didengar: Jago (Bangun), “Lalok” (tidur) dan “Baraja” (belajar). Kata-kata yang sering didengarkan mendekati ujian XD. Kedua teman sekamar saya ini mengikuti unit yang sama, Unit Kesenian Minangkabau, bersama Mba Ya teman satu fakultas saya. Saat itu walaupun saya sefakultas dengannya, saya tidak terlalu kenal karena belum pernah sekelas. Yang saya tahu, dia imba, haha (semoga orangnya tidak membaca ini wkwk). Dia mendapatkan 97 di nilai UTS Kimia. Saya saat itu penasaran yang mana orangnya hahaha. Akhirnya saya tahu setelah mengunjungi kamarnya di atas. Dia sekamar dengan teman sefakultas juga, El, dan Uswah dari FTSL. Mereka bertiga terkenal pintar kalau tidak salah saat itu, dan kamarnya pun super rapi XD. Belajarnya pun sangat rajin, bisa belajar sampai besok pagi untuk menghadapi ujian.

Saya kenal Mba Wid juga dari asrama, namun saat itu belum terlalu dekat. Saya lebih mengenal teman sekamarnya saat itu yaitu Timmy dari FTI dan Firda dari FTMD karena pernah bertemu di Gamais. Saya masih lumayan sering ikut pertemuannya saat masih TPB, saat sudah tingkat 2 sudah tidak pernah, hehe. Yang saya ingat saat itu mereka bertiga itu garang-garang. Bukannya galak, tapi terlihat sangar (sama saja dong). Naik motor kalau ke kampus, wkwk. Saat itu saya dan Mba Wid tidak terlalu kenal karena tidak pernah sekelas. Bahkan sepertinya jarang kumpul bersama saat masih di asrama.

Saat akhir semester dua, kami harus mencari tempat tinggal baru karena asrama akan ditempati oleh mahasiswa baru. Saya sempat bingung mau kemana, apakah saya akan kembali ke rumah nenek atau mencari kosan. Akhirnya saya diajak oleh Sri dan Mba Arum untuk mengontrak bersama Ria, El, dan Mba Wid. El, Mba Ya dan Mba Wid menemukan kontrakan murah di Cisitu Lama dekat asrama Sangkuriang. Tidak dekat-dekat amat sih, tapi sudah dekat penghujung gang Cisitu Lama. Dihitung-hitung bisa untuk 8 orang. Saat itu teman SMA saya juga (Haifa SITH) sedang mencari kosan/kontrakan, jadi saya mengajak dia untuk bergabung bersama kami. Teman asrama yang lain yaitu Epi juga mencari kontrakan. Jadilah kami ber-8 menempati kontrakan di Cisitu Lama berisi 4 kamar tersebut.

Ternyata kehidupan berkontrakan lebih banyak dramanya dibandingkan asrama, haha. Drama perlistrikan, perairan, permasyarakatan, persahabatan, dan lain-lain. Mungkin akan saya ceritakan lebih lengkap di seri Kisah Makhluk Kontrakan berikutnya. Masih ada seri makhluk kontrakan Cisitu Lama yang berevolusi menjadi makhluk kosan Ambu yang isi orangnya kurang lebih sama ditambah dengan teman-teman (yang lebih banyak sefakultas) lainnya: Ammy, Pewe, Aul, Farida, dan Hesti. Yang pasti kalau saya tidak ikut asrama mungkin saya tidak mengenal lebih dekat teman-teman saya tersebut (kecuali Ammy dan Widya yang sehimpunan dan sekelas) karna jarang sekelas dan saya juga tidak mengikuti organisasi yang sama dengan lainnya. Ospek fakultas tidak membuat saya mengenal semua orang soalnya hahahahaha. *memang orangnya banyak juga sih*

Published by

aisyahdz

iOS Engineer

2 thoughts on “Kisah Makhluk Kontrakan: Berawal dari Asrama”

Leave a reply to riaratnaasari Cancel reply